PONTIANAK, KOMPAS.com - Susanto Tan (46) dan Celine (6), ayah dan anak penyintas kanker rela menyusuri jalan raya sepanjang 50 kilometer untuk mencari masker.
Namun, dari setiap toko yang didatangi, tak satu pun menjual barang yang diinginkannya.
"Kemarin, Selasa (3/3/2020) saya ke Kecamatan Mempawah. Saat mau pulang ke Kecamatan Siantan, saya sengaja singgah setiap toko mencari masker, tapi tak ketemu," kata Susanto kepada Kompas.com, Rabu (4/3/2020).
Baca juga: Penimbun Masker dan Antiseptik di Semarang Jualan Online Lewat FB, Tertangkap Patroli Cyber
Susanto menyebut, toko-toko yang disinggahi seperti misalnya Indomaret, Alfamart dan toko obat atau apotek sepanjang antara Kecamatan Siantan dan Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.
Saat ini, stok masker milik Susanto hanya sisa sedikit. Kurang dari satu kotak. Untuk itu, semuanya dia berikan kepada anaknya.
"Stok masker sisa sedikit untuk anak saya. Sekarang, kadang saya pakai masker kain," ujar Susanto.
Susanto mengeluh dengan kelangkaan masker seperti sekarang ini. Jika pun ada, harganya melonjak drastis.
Terakhir, dia ditawari masker seharga Rp 220.000 per kotak.
Padahal sebelum isu corona, harga masker di tempat perbelanjaan hanya sekitar Rp 23.000 - Rp 40.000 per kotak.
"Semenjak merebaknya virus corona, apalagi keika dikabarkan masuk ke Indonesia, harga masker melonjak tinggi," ungkap Susanto.
Menderita kanker stadium 2
Susanto menyebutkan, dia didianogsa mengidap kanker nasofaring. Sementara anaknya menderita leukimia atau kanker darah.
"Saya rutin menggunakan masker sejak tahun 2018. Sementara anak saya sejak tahun 2016," ucap Susanto.
Baca juga: Ayah dan Anak Penyintas Kanker Menjerit, Harga Masker Terlalu Mahal
Selama bertahun-tahun itu, dia mengaku, paling tidak menggunakan 1 buah masker setiap hari. Untuk anaknya lebih banyak, bisa mencapai 3 masker per hari. Terutama bila bepergian.
Menurut dia, kebutuhan masker bagi penyintas kanker sangat penting. Sebab, mereka akan rentan terhadap kondisi udara yang tidak baik, seperti misalnya asap rokok, debu, dan polusi.
Terlebih, saat ini, mereka masih dalam tahap kontrol kesehatan rutin di rumah sakit.
Susanto setiap 3 bulan sekali harus ke Jakarta untuk sekadar check up perkembangan peyakitnya yang sudah masuk dalam tahap stadium 2.
Sementara anaknya setiap bulan mesti cek darah di Klinik Prodia Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
"Karena masih dalam tahap kontrol, kebutuhan masker tentu sangat penting, sebab kondisi tubuh rentan terhadap asap, debu dan polusi udara," ujar Susanto.
Harap harga normal
Susanto berharap, pemerintah segera turun tangan dan membuat ketersedian masker kembali seperti semula, begitu juga dengan harganya.
Dia juga meminta pemerintah dan aparat keamanan menangkap pelaku penimbun masker.
"Harapan saya, harga masker normal. Boleh naik tapi sewajarnya, Rp 50.000 misalnya. kalau sampai Rp 200,000, bonyoklah saya," harap Susanto.
"cari" - Google Berita
March 04, 2020 at 06:19PM
https://ift.tt/2TzZaMc
Cerita Ayah dan Anak Penyintas Kanker Susuri Jalan 50 Kilometer Cari Masker - Kompas.com - KOMPAS.com
"cari" - Google Berita
https://ift.tt/35Ruyv1
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Cerita Ayah dan Anak Penyintas Kanker Susuri Jalan 50 Kilometer Cari Masker - Kompas.com - KOMPAS.com"
Post a Comment